Site icon Combine Resource Institution

Tingkatkan Literasi Digital Dan Mitigasi Kebencanaan Bagi Komunitas Sekolah Dasar Di Pesisir Jawa Selatan

SDN Darat Kulonprogo berada di wilayah zona rawan bencana gempa dan tsunami.

Combine Resource Institution atau CRI melaksanakan program Peningkatan Jaringan Internet Sekolah & Keamanan Pelatihan Internet Bagi Guru, Orangtua, dan Murid di Wilayah Rawan Bencana Pesisir Jawa selama dua tahun ke depan. Program ini didukung oleh Internet Society Foundation yang telah bekerja di enam negara untuk mempromosikan kesempatan pendidikan dan ekonomi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknologi internet.

Melalui program SCILLS (Strengthening Communities, Improving Lives and Livelihoods), program ini telah melibatkan berbagai komunitas di Bangladesh, Brazil, Colombia, Ghana, Senegal dan Indonesia. Dengan fokus pendampingan pendidikan literasi digital bagi perempuan, anak muda, guru, orangtua, maupun kelompok marjinal untuk mendapatkan dukungan pengajaran dan pendidikan melalui teknologi informasi dan komunikasi di kelas yang lebih inkusif.

“Melalui pelatihan literasi digital yang lebih adaptif, praktik keamanan internet, dan kerjasama melalui pengembangan ekonomi berbasis komunitas, projek ini membantu setiap individu meningkatkan keterampilan dalam ekonomi digital saat ini,” ujar Jenn Beard, Senior Program Internet Society Foundation dalam situs www.isocfoundation.org.

Di tahun 2023, program ini telah berhasil mendampingi 9.250 siswa melalui berbagai pelatihan keterampilan dan pendidikan digital. Termasuk memberikan pelatihan internet bagi 6.612 anak muda untuk mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih baik.

Bantuan dana program SCILLS bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi ekonomi yang lebih inklusif dan meningkatkan kesempatan pendidikan bagi setiap individu maupun komunitas agar lebih lebih terampil dan mampu menggunakan internet. Ke depan, program ini juga akan menjadi kunci dalam mendukung proses transformasi digital.

Pendidikan Literasi Digital Dan Mitigasi Kebencanaan Bagi Siswa SD

Di Indonesia, program pelaksanaan SCILLS ini akan berlangsung di pesisir Jawa Selatan yang akan dilaksanakan di wilayah 8 kabupaten di Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mulai dari Trenggalek, Pacitan, Gunungkidul, Kulonprogo, Kebumen, Cilacap, Pangandaran, dan Tasikmalaya. Wilayah yang berhadapan dengan laut lepas dan berisiko rawan bencana seperti yang dilansir oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ini.

CRI bekerjasama dan bermitra dengan Pujiono Centre yang berpengalaman dalam memberikan manajemen dan riset kebencanaan serta adaptasi perubahan iklim untuk turut memberikan pembekalan dan pendidikan mitigasi risiko bencana bagi siswa-siswi SD kelas empat dan lima, guru, dan orangtua murid. Fokus pelatihan pendidikan internet dan mitigasi bencana ini akan melibatkan empat hingga enam sekolah di setiap wilayah.

“Basis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ini juga harus inklusif, kebermanfaatannya tidak hanya dirasakan bagi yang melek internet saja, tapi juga bagi kelompok rentan di sekitar sekolah,” ujar Elanto Wijoyono, Direktur CRI.

Target sekolah yang terlibat dalam program ini sebanyak 36 sekolah. Di mana setiap sekolah melibatkan 12 guru, 20 siswa, dan 10 orangtua. Total seluruh penerima manfaat sebanyak 720 murid, 108 guru dan 360 orangtua yang terlatih selama program berlangsung.

CRI urun tangan dalam berbagai kebencanaan yang terjadi di Indonesia sejak 2005 hingga saat ini melalui pendekatan TIK. Konektivitas komunikasi dalam kebencanaan menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan mitigasi kebencanaan.

Pemanfaatan TIK dan mitigasi kebencanaan juga menekankan berbagai pelatihan dan pengetahuan kepada guru untuk kemudian bisa mendorong kesadaran bagi siswa, orangtua, dan warga sekitar sekolah. Pendampingan di sekolah juga dilakukan oleh Pujiono Centre untuk memberikan modul mengenai mitigasi kebencanaan dan penanganan psikologi.

Saat ini proses assesment sedang berlangsung di 8 wilayah kabupaten dengan mengumpulkan berbagai data dan wawancara kepada pemangku kepentingan, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Komunikasi dan Informatika, serta sekolah yang menjadi fokus pendampingan CRI dan Pujiono Center.

Exit mobile version