Pandemi Covid-19 membawa dampak berbeda bagi setiap orang dan juga organisasi. Tidak mudah bagi kami untuk merumuskan apapun bila basisnya adalah ketidakpastian. Kami memang mendapat bantuan, misalnya berupa asistensi teknis, untuk melakukan perubahan perencanaan dan penganggaran karena hal ini benar-benar baru bagi kami.
Namun kami tetap mengalami kesulitan, sebab perubahan tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Kami tetap harus memproyeksikan faktor di tahun-tahun berikutnya, terkait bisa atau tidaknya capaian tahun ini dikompensasikan. Masalahnya adalah faktor-faktor yang terkait pandemi belum dapat dipastikan. Kontrol terhadap faktor-faktor tersebut, misalnya saja soal vaksin, berakhirnya pembatasan dsb., tidak berada pada kami.
Bagaimanapun basis aktivitas kami, baik terkait penguatan lembaga maupun implementasi program, adalah pertemuan tatap muka dan kegiatan berjejaring yang memerlukan mobilitas tinggi. Kami memang tetap mencoba menggantinya dengan pertemuan daring. Namun seperti sudah diduga, efektivitasnya terbentur banyak hal mulai dari kultur mitra hingga faktor teknis seperti jaringan internet yang tidak stabil dan merata.
Meski terlihat serba buntu, kami tetap mencoba fokus pada hal-hal yang bisa kami kontrol. Itulah yang kemudian kami dorong agar tetap muncul semangat dan hasil yang positif. Beberapa capaian penting pun tetap bisa kami gapai selama 2020, yang bisa dilihat di laporan ini.
Dalam hal kapasitas lembaga, misalnya, kini kami resmi memiliki keahlian manajemen server data bersertifikat. Keahlian ini menjadi penting sebab berdasarkan pengalaman selama ini, kebutuhannya selalu muncul saat kami mendorong terwujudnya integrasi data di daerah.
Kami juga tetap menjaga komitmen pada literasi digital, khususnya keamanan digital bagi perempuan di wilayah rural. Justru situasi pandemi makin membuat literasi digital bagi perempuan rural semakin esensial.
Beberapa kemajuan terkait upaya mewujudkan satu data dari desa di beberapa daerah juga terjadi selama 2020. Kami membayangkan, bahkan yakin, andai integrasi data telah terealisasi maka persoalan seputar penanganan pandemi akan lebih efektif. Mulai dari pengucuran bantuan, penelusuran pasien hingga pemberian vaksin, akan lebih sinkron dan tertata. Mestinya pandemi ini menjadi momentum bagi pihak terkait tata kelola data di negara ini untuk benar-benar mengubah paradigma dan kebijakannya.
Seperti halnya sebagian warga dunia, tidak mudah bagi kami menjaga asa, daya dan stamina justru ketika kami mencoba menerapkan protokol kesehatan dengan patuh. Dibutuhkan ketahanan mental, sebab situasi personal yang dihadapi tiap staf maupun mitra tentu berbeda. Sejauh ini kami mencoba mengatasinya dengan komunikasi. Komunikasi yang terbuka, jujur, saling menghargai dan saling menyemangati. Bukan yang menghakimi, penuh asumsi dan pretensi, apalagi menganggap diri paling benar dan suci.
Selamat menikmati laporan ini. Kami yakin terutama di masa pandemi yang tak kunjung usai ini, yang kita butuhkan adalah saling percaya, saling menguatkan, respek dan sinergi. Sikap menghakimi, arogan apalagi dipenuhi semangat “yang penting aku selamat” sama sekali tidak membantu di masa ini.
Dan kami juga yakin seperti cuplikan lagu “You’ll Never Walk Alone”, at the end of the storm there’s a golden sky.[]