Peluncuran Sistem Informasi Kabupaten (SIK) Gunungkidul pada Selasa (25/4) menandai terwujudnya integrasi data antara Sistem Informasi Desa dengan Sistem Informasi Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Dengan integrasi tersebut, data dari seluruh desa di Gunungkidul yang terekam di Sistem Informasi Desa dapat diakses dan dipantau secara berkala melalui Sistem Informasi Kabupaten. Gunungkidul merupakan wilayah pertama yang menerapkan sistem informasi dengan basis data terpadu dari tingkat desa hingga tingkat kabupat
Domain dari masing-masing desa tersusun dari “nama desa-kecamatan.desa.id”. Contohnya, jika masyarakat ingin melihat perkembangan Desa Terbah, Kecamatan Patuk, alamat yang dituju adalah “terbah-patuk.desa.id.” Masing-masing website desa menampilkan profil dan potensi desa, data penduduk, kerja-kerja pemerintah desa, artikel karya jurnalis warga, serta informasi publik yang wajib disediakan pemerintah desa.
Bupati Gunungkidul, Badingah, dalam sambutannya mengatakan bahwa ketersediaan data yang valid, mutakhir, dan selalu diperbaharui merupakan sumber rujukan utama perencanaan dan penerapan kebijakan. Salah satu fungsi dari ketersediaan data, Badingah mencontohkan, adalah mendukung upaya pengentasan kemiskinan.
Gunungkidul tercatat sebagai salah satu daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi di DIY. Data Badan Pusat Statistik 2015 menunjukkan, angka kemiskinan di Kabupaten Gunungkidul mencapai 21,73%. Kondisi tersebut bertolak belakang dengan pertumbuhan sektor pariwisata di Kabupaten Gunungkidul selama beberapa tahun terakhir. “Sebagian akademisi serta pemerhati sosial tidak percaya. Apakah benar (tingkat kemiskinan) pertumbuhan sebesar itu, mengingat pariwisata di Gunungkidul selama lima tahun terakhir sangat pesat. Apakah (pengingkatan tersebut) tidak berdampak pada pembukaan lapangan pekerjaan dan penurunan kemiskinan?” kata Badingah.
Strategi penanggulangan kemiskinan, menurut Badingah, harus diawali dengan memetakan sendiri persoalan kemiskinan tersebut. “Mendalami siapa yang miskin, di manakah mereka berada, variabel apa yang berperan sehingga mereka dianggap miskin,” tambahnya.
Ketersediaan data ini dapat digunakan untuk berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, seluruh elemen masyarakat, terutama warga di desa-desa, memegang peranan kunci dalam upaya memaksimalkan fungsi SID. Hal tersebut diungkapkan perwakilan Combine Resource Institution (CRI) dalam pertemuan dengan Sekretaris Daerah dan beberapa aparat Pemkab Gunungkidul.
Elanto Wijoyono selaku Manajer Tim Pengelolaan Sumber Daya Komunitas CRI mengungkapkan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah memaksimalkan pemanfaatan SID di tataran warga desa. Sebab pada dasarnya SID merupakan salah satu alat dan metode untuk memastikan pemerintah daerah memenuhi hak sosial dasar bagi warganya.
Hal senada juga diungkapkan Imung Yuniardi selaku Direktur CRI. Tujuan pengembangan SID adalah untuk mewujudkan pengelolaan informasi berbasis komunitas demi kemandirian komunitas itu sendiri. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengawal dan memastikan agar SID sepenuhnya digunakan untuk kepentingan warga.