BERITA

Menjadi Fasilitator Efektif

Dibaca 1 Menit

Fasilitasi menjadi salah satu kegiatan penting yang dilakukan pendamping atau fasilitator dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat atau komunitas dampingan. Tak sekedar menguasai cara berkomunikasi, seorang fasilitator juga dituntut untuk memiliki kemampuan membangun partisipasi dampingan. Lebih dari itu, fasilitator juga harus mampu menangani situasi sulit bahkan sampai membuat kesepakatan dan kesimpulan.

Mengingat pentingnya peran fasilitator di atas, keterampilan fasilitasi wajib dimiliki oleh setiap fasilitator. Sebagai lembaga sosial yang sering melakukan kegiatan fasilitasi, CRI pun menggelar pelatihan untuk pelatih (Training of Trainer) tentang bagaimana menjadi fasilitator yang efektif. Sebanyak 20 staf CRI mengikuti kegiatan yang berlangsung pada Selasa, 30 Juni 2015 dan Jumat, 3 Juli 2015 di limasan kantor CRI, Sewon, Bantul Yogyakarta ini.

“Menguasai teknik fasilitasi yang efektif itu memang penting agar tujuan fasilitasi bisa tersampaikan dengan baik kepada masyarakat dampingan,” ungkap Muhammad Amrun, salah satu peserta pelatihan, (30/7).

Teknik fasilitasi yang dikuasai dengan baik juga bisa membuat fasilitator menikmati proses fasilitasi yang dilakukannya. Hal itulah yang akhirnya bisa mempererat ikatan antara masyarakat/ komunitas dampingan dan fasilitator.

Adi Cilik Pierrewan, selaku trainer dalam pelatihan tersebut mengungkapkan, seorang fasilitator yang baik memiliki kepekaan terhadap perasaan individu ataupun kelompok yang didampingi. Di samping itu, fasilitator juga harus memiliki kemampuan untuk mendengarkan dan bisa bekerjasama dampingannya. Ia pun harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada.

“Yang tak kalah pentingnya adalah fasilitator tidak boleh marah atau menghukum peserta. Ia harus bisa berimprovisasi terhadap hal-hal tak terduga yang ditemui di lapangan,” tambah Adi Cilik.

Adi Cilik juga memaparkan alternatif pendekatan 4D untuk perencanaan proses strategis dalam fasilitasi. Pendekatan ini dapat dilakukan ketika assesment awal (penggalian data awal) dan proses fasilitasi. Siklus pendekatan 4D itu meliputi Discovery (menemukan potensi dan kebutuhan), Dream (memimpikan target yang ingin dimiliki atau dicapai), Design (mendesain atau mengkontruksi potensi yang dimiliki dan impian yang ingin dicapai) dan Destiny (implementasi).

Memang bukan hanya keterampilan fasilitasi saja yang dibahas dalam pelatihan ini. Keterampilan tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum (public speaking) juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pelatihan ini. Para peserta pun diajak untuk bermain peran sebagai bagian dari peningkatan kemampuan public speaking mereka. Tak hanya bermain peran, diskusi hangat yang diselingi dengan permainan menyenangkan membuat peserta antusias mengikuti pelatihan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *