BERITA

3000 Orang Hadiri JMR 2012

Dibaca 2 Menit

Sekira 3000 orang turut meramaikan Jagongan Media Rakyat (JMR) 2012 selama 3 hari di kompleks Kampus Sekolah Tinggi Pemberdayaan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, Kamis-Jumat, (23-25/2). Jumlah tersebut merupakan hitungan kasar dari karcis parkir motor yang ludes selama acara. Mereka adalah para pewarta warga, blogger, pegiat media komunitas, mahasiswa, akademisi, aktivis kampung, dan banyak pihak lain yang baik dari seputaran Yogyakarta sampai luar Pulau Jawa.

Selama 3 hari mereka mengikuti 46 lokakarya, 4 dialog, 1 seminar nasional, dan puluhan pentas seni yang digeber bersama oleh COMBINE Resource Institution (CRI), Sekolah Tinggi Pemberdayaan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, ICT Watch, Rumah Blogger Indonesia, Jogloabang, dan @JogjaUpdate. Seminar Nasional Sistem Informasi Desa (SID) bertajuk “Basis Data Desa Sebagai Rujukan Rencana Pembangunan di Pedesaan” menjadi pembuka JMR 2012, Kamis, (23/2) di Ruang Seminar STPMD “APMD”. Selain undangan dari mitra kerja CRI, turut hadir para perangkat desa dari beberapa wilayah yang merupakan mitra kerja STPMD “APMD”. Tak pelak banyak peserta tak kebagian kursi dan materi seminar.

Wahyudi Hari Santosa, 1 dari 164 peserta seminar mengaku topik yang diusung CRI sangat menarik. Tapi ia menyayangkan para narasumber yang belum sepaham dengan topik pembicaraan. Apalagi ia menganggap narasumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) berbicara tidak sesuai dengan kenyataan. BPS mengaku data-data nasional sudah sesuai dengan yang di daerah.

“Sewaktu penghitungan masyarakat miskin untuk pembagian Jamkesmas tahun 2008, terdapat perbedaan hasil. BPS mendapati kuota masyarakat yang berhak mendapatkan Jamkesmas sebesar 168.000 jiwa. Sedangkan tim kami mendapati bahwa 35.000 jiwa memiliki nama dan alamat yang sama. Artinya sebesar 133.000 jiwa yang missing dibebankan kepada pemerintah daerah,” aku Wahyudi yang kini menjabat Ketua Tim Pokja Sleman.

Usai seminar panitia JMR 2012 langsung menggeber rentetan lokakarya dan dialog secara serempak. Tiap harinya ada empat sesi lokakarya dan dialog dari pagi-malam di 11 ruang kelas, 1 ruang seminar, 1 ruang screening, dan hall STPMD “APMD” yang disulap jadi kelas terbuka. Puluhan lokakarya, dialog, seminar, dan pemutaran film tersebut terbagi dalam 5 tema besar: kebebasan berekspresi, ekonomi berkeadilan, kemandirian komunitas, pengurangan risiko bencana, TIK tepat guna, dan literasi media.

Dalam salah satu sesi “kebebasan berekspresi” misalnya, Suara Komunitas CRI menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Kriminalisasi Pers Gaya Baru”. Lokakarya ini merupakan tukar pengalaman dengan Nurhayati “Uni Yet” Kahar yang pernah dipenjarakan gara-gara terus kritis dengan tulisannya di portal pewarta warga suarakomunitas.net.

Wahyudi Hari Santosa, 1 dari 164 peserta seminar mengaku topik yang diusung CRI sangat menarik. Tapi ia menyayangkan para narasumber yang belum sepaham dengan topik pembicaraan. Apalagi ia menganggap narasumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) berbicara tidak sesuai dengan kenyataan. BPS mengaku data-data nasional sudah sesuai dengan yang di daerah.

“Sewaktu penghitungan masyarakat miskin untuk pembagian Jamkesmas tahun 2008, terdapat perbedaan hasil. BPS mendapati kuota masyarakat yang berhak mendapatkan Jamkesmas sebesar 168.000 jiwa. Sedangkan tim kami mendapati bahwa 35.000 jiwa memiliki nama dan alamat yang sama. Artinya sebesar 133.000 jiwa yang missing dibebankan kepada pemerintah daerah,” aku Wahyudi yang kini menjabat Ketua Tim Pokja Sleman.

Usai seminar panitia JMR 2012 langsung menggeber rentetan lokakarya dan dialog secara serempak. Tiap harinya ada empat sesi lokakarya dan dialog dari pagi-malam di 11 ruang kelas, 1 ruang seminar, 1 ruang screening, dan hall STPMD “APMD” yang disulap jadi kelas terbuka. Puluhan lokakarya, dialog, seminar, dan pemutaran film tersebut terbagi dalam 5 tema besar: kebebasan berekspresi, ekonomi berkeadilan, kemandirian komunitas, pengurangan risiko bencana, TIK tepat guna, dan literasi media.

Dalam salah satu sesi “kebebasan berekspresi” misalnya, Suara Komunitas CRI menyelenggarakan lokakarya bertajuk “Kriminalisasi Pers Gaya Baru”. Lokakarya ini merupakan tukar pengalaman dengan Nurhayati “Uni Yet” Kahar yang pernah dipenjarakan gara-gara terus kritis dengan tulisannya di portal pewarta warga suarakomunitas.net.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *