BERITA

Refleksi Jaringan Suara Komunitas di Nusa Tenggara barat

Dibaca 3 Menit

Dinamika situs www.suarakomunitas.net  salah satunya di warnai oleh kehadiran berbagai tulisan yang di kontribusikan oleh anggota-anggota yang ada  di wilayah NTB. Di satu sisi ada kontributor yang berperan begitu aktif dalam mengunggah materi tulisan. Sementara di sisi lain ada yang sangat pasif. Suara Komunitas merasa perlu untuk mengadakan sebuah pertemuan untuk mengidentifikasi hambatan dan tantangan yang dirasakan oleh jaringan kontributor di NTB.

Pertemuan ini  dilaksanakan pada tanggal 4-6 Februari di Balai Pelatihan MTS Model Lombok Timur, tepatnya di jalan Pancor-Masbagik, Dusun Gelang, Kecamatan Sukamulia- Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Lokasi ini berjarak sekitar 56 km kearah timur dari Kota Mataram  Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Ada 28 radio komunitas yang diundang, dari total 32 rakom anggota JRK-NTB.  Mereka adalah radio komunitas yang masih aktif melayani komunitasnya. Dari 28 rakom yang diundang, 21 radio komunitas mengirimkan perwakilannya dan selebihnya berhalangan hadir karena terkendala cuaca. Radio komunitas yang hadir yaitu: Ninanta, BKL, Priss, Kompak, Gelora, Spentura, Mitra, Rujakngalun, Talenta, Ampera, SGS, Rakola, Forest, Simponi, Bragi, Pesona, Pantura, SGM, Primadona, dan Melodys.

Pada hari pertama fasilitator mempresentasikan statistik tulisan dari kontributor SK yang ada di wilayah NTB dimana per 31 Januari 2011 terdapat tiga rakom yang memiliki grafik pengunggahan  tulisan yang cukup signifikan yakni:

Gita Swara FM sebanyak 139 tulisan
Bragi FM sebanyak 63 tulisan dan
Talenta FM sebanyak 60 tulisan serta

Adapun grafik yang paling tinggi adalah Primadona FM yang telah mengunggah 488 tulisan. Berangkat dari interval capaian produksi tulisan yang sangat lebar tersebut,  maka fasilitator menggali pengalaman dari radio komunitas yang produktif untuk membagi pengalamannya.

Belajar  dari Radio Komunitas Primadona
Melalui sharing pengalaman tersebut terungkap bahwa kunci keberhasilan Radio Komunitas Primadona   dalam mengangkat berita-berita lokal adalah strategi Primadona dalam menjaring kontributor dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat, tokoh pemuda, kalangan pemerintah, guru, yang ada di kecamatan Bayan.  Dan pada tahun 2009 terhimpun 35 orang tokoh yang kemudian di ajak berdiskusi tentang berbagai kesenjangan yang ada di tengah masyarakat akibat tersumbatnya arus infotrmasi. sehingga diperoleh kesepakatan bahwa 35 orang tokoh tersebut harus dibekali pengetahuan jurnalistik untuk menghimpun informasi yang berkembang ditengah masyarakat.

Langkah selanjutnya, secara swadaya  dilakukan pelatihan jurnalistik bagi 35 orang tersebut  yang difasilitasi oleh teman-teman dari  JRK-NTB. Dengan penghargaan sertifikat jurnalistik dasar. Setelah memiliki pemahaman yang cukup, ke-35 orang tersebut menjadi simpul informasi (Informan) bagi Rakom Primadona. Informasi dari informan ke Rakom Primadona disampaikan via surat, SMS dan telpon. Informasi tersebut kemudian di edit oleh Radio Komunitas Primadona  dan diunggah ke Web Suarakomunitas, koran Berita, Radar Lombok, Suara NTB dan Acara Lintas Selabar di Rakom Primadona.

Disamping itu pendekatan emosional kepada masyarakat sekitar terus dilakukan, dengan cara  setiap berita yang termuat di Web, Radio dan Koran  dipublikasikan melalui Buletin Rakom yang disebarkan ke setiap simpul informasi/informan serta di pajang di papan informasi PNPM.  Hal ini berdampak pada meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada radio komunitas. Terlebih lagi, berita yang dimuat memiliki dampak positif bagi subyek yang diberitakan.

Contoh kasus :
Merebaknya polemik seputar pemangku adat Kecamatan Bayan yang dimuat di berberapa media cetak lokal namun tidak dibarengi dengan pemuatan hak jawab dari salah satu pihak yang berpolemik. Kemudian Web Suara Komunitas memuat hak jawab yang bersangkutan sehngga permasalahan tersebut menjadi jernih dan dapat diterima semua pihak.

Kasus  tersebut adalah salah satu dari berbagai kasus dilapangan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan hajat hidup khalayak/publik, seperti: Kasus ketidak terbukaan Dishubparkominfo dalam mengelola Web Resmi Kabupaten Lombok Utara,  Kasus pernyataan salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terkesan mendiskreditkan radio komunitas,   Kasus penyimpangan PNPM Mandiri, Kasus perubahan besaran dana PNPM GS loloan, dan lain-lain. Seluruh kasus ini direspons sehingga memperoleh solusi yang menguntungkan masyarakat.

Dari kasus tersebut terlihat bagaimana rakom/kontributor memerankan diri tidak saja berperan sebagai  hiburan dan penyalur informasi namun sekaligus menjadi media pendidikan dan  resolusi konflik bagi semua pihak. Dengan demikian kran-kran informasi yang selama ini tersumbat dan berdampak pada kerawanan sosial dapat dihindarkan.

Dengan adanya berbagai kontributor di wilayahnya, maka peran radio komunitas sebagai salah satu media  yang mendorong terjadinya resolusi konflik semakin kuat. Di titin ini, khalayak semakin percaya kepada keberadaan radio komunitas, dan pengelola sendiri semakin terasah kepekaan sosialnya serta terasah keterampilannya dalam mengelola informasi dan komunikasi.

Disisi lain pelajaran  yang dapat dipetik dari dinamika di lapangan adalah betapa pentingnya legalitas bagi kontributor, berupa surat tugas dan kartu pengenal. Hal ini disebabkan identitas mereka masih sering dipertanyakan oleh narasumber, terutama dari kalangan birokrasi.

Hal ini berdampak pada keakuratan, keberimbangan dan aktualitas isi berita, sehingga kontributor menunda pengunggahan tulisannya ke situs suara komunitas.

Contoh kasus:
Kontributor/Jurnalis Rakom Pantura FM dan Suara Genem Meenrten FM, keduanya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada saat mereeka mengkonfirmasi materi berita kepada narasumber yang ada  di kalangan birokrasi bahkan seara kebetulan pada instansi dimana mereka berdua bertugas, maka terjadi hambatan emosinal ketika legalitas mereka sebagai jurnalis di ragukan.

Berdasarkan pengalaman para jurnalis warga Suara Komunitas  di wilayah Lombok,  kita dapat memetik pelajaran bahwa dibutuhkan berbagai mediu agar sebuah berita memiliki dampak bagi masyarakatnya. Kemudian pengorganisasian simpul informasi sangat penting untuk menjangkau wilayah kecamatan yang begitu luas, serta memperoleh informasi terbaru. Tidak mudah memang. Namun para jurnalis warga SK telah berjuang untuk masyarakatnya.Salut! *** (Sarwono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *